Sunday 7 February 2016

Pendapat

www.tibanbabussalam.blogspot.com-Banyak yang berpendapat, kalau masjid Tiban ini berdiri sendiri alias tidak ada yang membuat atau membangun. Bahkan ada pendapat yang lebih ekstrim, masjid yang berukuran 9 X 9 meter ini muncul dari dalam tanah. Mana sebenarnya yang benar, tidak ada yang membangun atau kejadiannya muncul tiba-tiba dari dalam tanah ?
Kita semuanya tidak tahu, namun jika menelisik dari posisi dan letak masjid Tiban, jauh dari lingkungan atau perkampungan. Masjid yang hingga kini dikeramatkan itu, berada di utara jalan raya, berbatasan dengan laut Jawa di sisi utaranya. Kala itu diperkirakan di tempat yang dibangun masjid dan sekitarnya, tumbuh pohon yang menjulang tinggi dan rerimbunan yang menutupi pendangan.
Kondisi seperti itu, tentu saja jarang, bahkan tidak ada warga sekitar yang berani ke tempat tersebut. Ditambah kampung atau lingkungan di selatan masjid, kala itu, walaupun ada penghuninya tidak banyak seperti sekarang. Paling tidak ada satu sampai dua rumah yang dihuni segelintir orang. Dengan demikian, warga kampung tidak mengetahui, kalau di tempat yang kini berdiri masjid tiban itu, ada aktivitas membangun masjid.
Jadi wajar, kalau dikemudian hari ada cerita masjid yang berdiri sendiri, Mengingat orang yang menemukan pertama kali, tidak mengetahui proses pembuatannya. Begitu melihat masjid, mereka beranggapan kalau masjid tersebut berdiri sendiri atau muncul tiba-tiba. Cerita tersebut dipercaya dari dulu hingga sekarang, masjid Tiban merupakan masjid yang dibangun dalam sekejaban mata, bahkan ada yang beranggapan, didirikan hanya semalam atau 12 jam.
Sementara itu, orang yang beranggapan masjid Tiban itu merupakan titiban, belum ada keterangan yang membenarkan kalau masjid itu, dari si Fulan diberikan atau dititipkan ke Fulan-Fulan yang lain. Sampai detik ini, anggapan itu masih menjadi teka-teki yang belum ada satupun yang bisa membuka tabirnya. Apalagi soal tanggal penyerahan masjid tersebut, pasti tidak akan pernah terjawab.
Terlepas dari itu semua, warga sekitar meyakini, lokasi yang diatasnya berdiri masjid tiban itu, bekas petilasan Syeh Maulana Ishak. Ulama yang tinggal di jawa Timur Wilayah Barat itu singgah di tempat itu (Kelurahan Pilang) dalam perjalanan menuju Banyuwangi. Maulana Ishak menuju kota paling ujung Jawa Timur itu, hendak mengobati Dewi Sekardadu, putri Raja Blambangan.
Diceritakan, kala itu Dewi sekardadu sakit menahun yang tak kunjung sembuh, sehingga ayahandanya membuata sayambera. Barang siapa yang bisa menyembuhkan putrinya, jika perempuan akan diangkan menjadi keluarga kerajaan. Apabila seorang lelaki, akan dikawinkan dengan sang putri atau akan dijadikan menantu sang raja.Beberapa ahli pengobatan mencoba menyembuhkan sakit sang Dewi, namun, tidak berhasil.
Dan tibalah Syeh Maulana Ishaq, dengan kekuatan Allah, Dewi Sekardadu lambat laun sembuh. Dan sesuai janjinya, ulama besar asal negeri Campa (Sekarang sekitar Kamboja) ini menikah dengan putri Raja Blambangan. Dari perkawinannya, Maulana Ishaq memiliki putra yang diberinama Raden Paku. Setelah besar, Raden Paku dikenal dengan sebutan Sunan Giri.

Belum terungkap, beberapa hari Syeh Maulana Ishaq bermukim di lokasi Masjid Tiban. Namun dari cerita leluhur Pilang, ayah Sunan Giri tersebut sempat memiliki santri yang sepeninggalnya diwarisi untuk meneruskan ajarannya. Para santri yang setia itupun membangun surau (Tempat ibadah kecil berasitektur Jawa) dan beberapa tahun kemudian berdirilah sebuah masjid yang kini dikenal dengan nama Tiban. 

No comments:

Post a Comment