www.tibanbabussalam.blogspot.com-Banyak yang berpendapat, kalau masjid Tiban ini berdiri sendiri
alias tidak ada yang membuat atau membangun. Bahkan ada pendapat yang lebih
ekstrim, masjid yang berukuran 9 X 9 meter ini muncul dari dalam tanah. Mana
sebenarnya yang benar, tidak ada yang membangun atau kejadiannya muncul
tiba-tiba dari dalam tanah ?
Kita semuanya tidak tahu, namun jika menelisik dari posisi dan
letak masjid Tiban, jauh dari lingkungan atau perkampungan. Masjid yang hingga
kini dikeramatkan itu, berada di utara jalan raya, berbatasan dengan laut Jawa
di sisi utaranya. Kala itu diperkirakan di tempat yang dibangun masjid dan
sekitarnya, tumbuh pohon yang menjulang tinggi dan rerimbunan yang menutupi
pendangan.
Kondisi seperti itu, tentu saja jarang, bahkan tidak ada warga sekitar
yang berani ke tempat tersebut. Ditambah kampung atau lingkungan di selatan
masjid, kala itu, walaupun ada penghuninya tidak banyak seperti sekarang.
Paling tidak ada satu sampai dua rumah yang dihuni segelintir orang. Dengan
demikian, warga kampung tidak mengetahui, kalau di tempat yang kini berdiri
masjid tiban itu, ada aktivitas membangun masjid.
Jadi wajar, kalau dikemudian hari ada cerita masjid yang berdiri
sendiri, Mengingat orang yang menemukan pertama kali, tidak mengetahui proses
pembuatannya. Begitu melihat masjid, mereka beranggapan kalau masjid tersebut
berdiri sendiri atau muncul tiba-tiba. Cerita tersebut dipercaya dari dulu
hingga sekarang, masjid Tiban merupakan masjid yang dibangun dalam sekejaban
mata, bahkan ada yang beranggapan, didirikan hanya semalam atau 12 jam.
Sementara itu, orang yang beranggapan masjid Tiban itu merupakan
titiban, belum ada keterangan yang membenarkan kalau masjid itu, dari si Fulan
diberikan atau dititipkan ke Fulan-Fulan yang lain. Sampai detik ini, anggapan
itu masih menjadi teka-teki yang belum ada satupun yang bisa membuka tabirnya.
Apalagi soal tanggal penyerahan masjid tersebut, pasti tidak akan pernah
terjawab.
Terlepas dari itu semua, warga sekitar meyakini, lokasi yang diatasnya
berdiri masjid tiban itu, bekas petilasan Syeh Maulana Ishak. Ulama yang
tinggal di jawa Timur Wilayah Barat itu singgah di tempat itu (Kelurahan
Pilang) dalam perjalanan menuju Banyuwangi. Maulana Ishak menuju kota paling
ujung Jawa Timur itu, hendak mengobati Dewi Sekardadu, putri Raja Blambangan.
Diceritakan, kala itu Dewi sekardadu sakit menahun yang tak
kunjung sembuh, sehingga ayahandanya membuata sayambera. Barang siapa yang bisa
menyembuhkan putrinya, jika perempuan akan diangkan menjadi keluarga kerajaan.
Apabila seorang lelaki, akan dikawinkan dengan sang putri atau akan dijadikan
menantu sang raja.Beberapa ahli pengobatan mencoba menyembuhkan sakit sang
Dewi, namun, tidak berhasil.
Dan tibalah Syeh Maulana Ishaq, dengan kekuatan Allah, Dewi
Sekardadu lambat laun sembuh. Dan sesuai janjinya, ulama besar asal negeri
Campa (Sekarang sekitar Kamboja) ini menikah dengan putri Raja Blambangan. Dari
perkawinannya, Maulana Ishaq memiliki putra yang diberinama Raden Paku. Setelah
besar, Raden Paku dikenal dengan sebutan Sunan Giri.
Belum terungkap, beberapa hari Syeh Maulana Ishaq bermukim di
lokasi Masjid Tiban. Namun dari cerita leluhur Pilang, ayah Sunan Giri tersebut
sempat memiliki santri yang sepeninggalnya diwarisi untuk meneruskan ajarannya.
Para santri yang setia itupun membangun surau (Tempat ibadah kecil berasitektur
Jawa) dan beberapa tahun kemudian berdirilah sebuah masjid yang kini dikenal
dengan nama Tiban.
No comments:
Post a Comment